Kenaikan euro ke area tertinggi dalam tiga tahun terakhir menjadi mungkin berkat stimulus fiskal Jerman, kebijakan perdagangan Donald Trump, dan aliran modal dari Amerika Utara ke Eropa. Ketika investor berhenti membeli indeks saham di Uni Eropa, mereka mengalihkan perhatian mereka ke obligasi Jerman. Obligasi ini menjadi alternatif bagi Treasuries dan membantu mendorong EUR/USD lebih tinggi.
Beberapa orang terpesona oleh rollercoaster di S&P 500, yang lain oleh penjualan obligasi Treasury AS, dan beberapa tidak bisa melepaskan pandangan dari instrumen utang Jerman. Imbal hasil obligasi Jerman telah kembali ke level dari mana reli mereka dimulai—setelah Bundestag mengubah aturan rem fiskal. Puncaknya tercapai pada pertengahan Maret, setelah itu investor beralih ke tempat aman, membalikkan tren kenaikan imbal hasil.
Dinamika imbal hasil obligasi Jerman

Secara teori, pelebaran selisih imbal hasil yang menguntungkan U.S. Treasuries seharusnya menyebabkan penurunan EUR/USD karena meningkatnya daya tarik aset-aset AS. Dalam praktiknya, lonjakan imbal hasil obligasi AS adalah hasil dari penjualan oleh investor asing—mantan sekutu Washington yang kini menjadi pesaing.
Menteri Keuangan Scott Bessent menenangkan pasar dengan pernyataan bahwa Departemen Keuangan memiliki berbagai alat yang mampu meredam setiap lawan. Stabilitas imbal hasil dan selisihnya terhadap obligasi Jerman menyerupai ketenangan sebelum badai, membuat EUR/USD terjebak dalam rentang perdagangan yang sempit.
Pasan mata uang utama menunggu sinyal dari pasar saham AS dan mengabaikan penurunan tajam kepercayaan investor terhadap ekonomi Jerman. Indeks ekspektasi ZEW anjlok dari 51,6 menjadi -14 pada bulan April karena kekhawatiran terhadap dampak tarif Gedung Putih pada ekonomi Jerman.
Kepercayaan investor terhadap ekonomi Jerman

Perlu dicatat bahwa aliran modal dari Amerika Utara ke Eropa bukanlah satu-satunya pendorong kenaikan EUR/USD. Menurut perkiraan dari The Wall Street Journal, PDB AS diperkirakan akan tumbuh sebesar 0,8% pada tahun 2025—sekitar sama dengan di Eropa. Hal ini cukup tidak biasa, mengingat dampak merugikan tarif terhadap zona euro yang bergantung pada ekspor. Analis kemungkinan mempertimbangkan lonjakan tajam ekspor Jerman pada tahun 2024, yang mencapai level tertinggi sejak tahun 2002.

Namun, hal ini didorong oleh impor AS yang dipercepat menjelang pelantikan Donald Trump. Ke depannya, ekonomi Jerman kemungkinan tidak akan berkinerja sebaik pada pergantian tahun 2024–2025. Faktor ini dapat menghambat apresiasi euro lebih lanjut, terutama menjelang pemotongan suku bunga yang diharapkan dari Bank Sentral Eropa.
Dari perspektif teknis, yang disebut inside bar telah terbentuk pada grafik harian EUR/USD, menandakan ketidakpastian pasar. Penembusan di bawah batas bawah sekitar 1.129 akan membenarkan penjualan jangka pendek, sementara dorongan yang berhasil di atas batas atas dekat 1.143 akan membuka peluang untuk membeli.